Dikutipdari akun TikTok Official iNews,
- Ada yang percaya bahwa selama tubuh tetap utuh dan tidak membusuk, meskipun sudah tak bernyawa, ia akan tetap dianggap hidup dan mampu berhubungan dengan orang-orang sekitar. Alasan ini juga yang melatarbelakangi masyarakat di berbagai belahan dunia melakukan pengawetan mayat. Sebuah tradisi yang dapat ditemukan di banyak tempat di dunia. Korea Utara sendiri telah mempraktikkan tradisi mengawetkan pemimpin negara. Di Kumsusan Memorial Palace, Pyongyang, jasad Kim Jong Il beserta ayahnya dipajang di sana. Tradisi ini mengikuti Uni Soviet yang juga membalsem jenazah Vladimir Lenin. Tidak mengherankan, selain keduanya secara resmi mengantu ideologi komunisme, Uni Soviet adalah bekas negara sponsor Korea Utara semasa perang dingin di era 1980-an. Sementara itu, Reuters baru-baru ini mengabarkan bahwa sebanyak 17 mumi ditemukan di situs kuburan kuno nekropolis di kota Minya, 250 km dari Kairo, Mesir. Mohamed Hamza, dekan Fakultas Arkeologi Cairo University yang ikut dalam pencarian mumi ini menyatakan bahwa mumi tersebut terdiri dari pria, wanita dan anak-anak itu diduga berasal dari masa tahun lalu. Arkeolog telah menggali banyak benda peninggalan dalam beberapa bulan terakhir makam bangsawan dari lebih tahun yang lalu, 12 pemakaman yang berusia sekitar tahun, dan patung raksasa, yang dipercaya menggambarkan Raja Psammetich I, yang memerintah dari 664 sampai 610 SM. Tujuan mengawetkan jenazah dengan pembalsaman dalam peradaban Mesir Kuno adalah untuk menjaga agar arwah raja dapat menjadi tenang jika tubuhnya masih tetap utuh. Kepercayaan ini juga meyakini bahwa jiwa orang yang telah mati suatu hari akan kembali pada jasadnya. Pengawetan jenazah sendiri pada dasarnya adalah tindakan medis yang dilakukan dengan pemberian bahan kimia tertentu pada jenazah untuk menghambat pembusukan serta menjaga penampilan luar jenazah supaya tetap mirip dengan kondisi sewaktu hidup. “Langkah pertama, semua organ dalam diambil, pembuluh darah diluluhkan, kemudian darah diambil dari jaringan,” jelas Pavel Fomenko, seorang spesialis di satu institusi di Moskow, dilansir dari Belfast Telegraph. Jenis-jenis cairan pengawet sendiri dapat menggunakan formalin, formalin alkohol asetat, cairan Heidenhain Susa, Zenker, Bouin, atau dengan fiksasi Carnov. Tidak hanya itu, cara pengawetan mayat juga pernah dilakukan dengan cara pengasapan seperti yang dilakukan warga Aseki atau yang lebih dikenal dengan suku Angga, di papua pengawetan ini dilakukan dengan mengiris anggota tubuh, misalnya lutut, siku, kaki, dan persendian lainnya. Kemudian, isi perut dan lemak dibersihkan lalu dimasukkan ke dalam keranjang bambu. Jenazah tersebut kemudian diasap di atas nyala api selama kurang lebih sebulan sampai cairan yang ada di tubuhnya menetes habis. Cairan tersebut dikumpulkan oleh warga untuk mentransfer kekuatan jenazah yang telah meninggal. Begitu selesai pengasapan, tubuh-tubuh yang telah mengering tersebut diletakkan di tebing-tebing yang curam. Di Indonesia, peletakan tubuh jenazah yang diawetkan di tebing-tebing juga dilakukan oleh masyarakat Toraja. Setiap tahun "mumi" tersebut dibersihkan. Tradisi ini dikenal dengan sebutan Ma’nene. Bagi masyarakat Toraja, kematian adalah sesuatu yang disakralkan. Kematian adalah sesuatu hal harus dihormati. Mereka yang mati biasanya diletakkan di dalam gua. Selama bertahun-tahun didiamkan di sana. Bagi masyarakat di daerah Toraja utara, Baruppu, ritual Ma'nene juga dimaknai sebagai perekat kekerabatan di antara mereka. Bahkan Ma'nene menjadi aturan adat yang tak tertulis yang selalu dipatuhi setiap warga. Pihak keluarga yang akan menjaga dan merawat jenazah. Jika tidak dilakukan dengan baik, mereka percaya di keluarga mereka akan ditimpa kesulitan. Oleh karenanya, masyarakat Toraja menghabiskan sebagian besar hidup mereka menabung agar bisa menghelat ritual tersebut dari tahun ke tahun. Sementara itu, di Jepang juga terdapat prosesi mengawetkan jenazah yang dilakukan oleh para biarawan yang disebut sebagai tradisi Sokushinbutsu. Tradisi ini mulanya dirintis oleh Kukukai, kepala biara di kompleks kuil Gunung Koya di daerah Wakayama. Kuukai merupakan pendiri Shingon, sebuah sekte Budha yang mempunyai ide pencerahan melalui hukuman fisik. Proses pengawetan jenazah dalam Sokushinbutsu lebih rumit dibanding yang lain. Mereka memulai dengan melakukan diet selama 1000 hari. Mereka hanya akan memakan kacang-kacangan dan biji-bijian, dengan tujuan untuk menghilangkan semua lemak di tubuh mereka. Para biksu tersebut kemudian hanya akan makan kulit dan akar selama seribu hari selanjutnya dan mulai minum teh beracun yang dibuat dari getah pohon Urushi, yang biasanya digunakan untuk pernis mangkuk. Teh beracun tersebut akan menyebabkan hilangnya cairan tubuh dengan cepat dan dipercaya akan membuat tubuh terlalu beracun untuk dimakan belatung. Seorang biarawan akan mulai memumifikasi tubuhnya sendiri dengan mengunci dirinya dalam kubur batu yang hampir tidak lebih besar dari ukuran tubuhnya. Proses ini berakhir ketika mereka tidak bernyawa lagi. Sebuah proses yang mereka percaya sebagai jalan menuju kesempurnaan. Kepercayaan pengawetan jenazah ini bagi mereka yang percaya, mengaburkan batas antara dunia dan akhirat. Yang memungkinkan mereka yang masih hidup dapat berjumpa dengan orang-orang yang sudah meninggal dan yang meninggal dapat dijumpai dalam tampilan fisikal yang relatif masih memiliki kemiripan dengan saat ia hidup. - Humaniora Reporter Yulaika RamadhaniPenulis Yulaika RamadhaniEditor Zen RS

Kaintile yang menutupi jenazah itu pun tampak utuh. Peristiwa itu membuat warga yang menyaksikan pemindahan jenazah terkesima. Sangat mengherankan karena jenazah teratur katanya sudah dimakamkan sejak belasan tahun lalu. "Masih utuh eh, so 11 taong (masih utuh, sudah 11 tahun," kata warga yang menyaksikan pemindahan.

Tahukah Anda Devi • 21 Jul 2021, 1141 Foto Asiaone - Tanggal 22 September 1909 menjadi saksi sejarah pengangkatan jenazah abadi Santa Bernadette Soubirous yang masih tetap utuh, seolah tubuhnya baru dimakamkan kemarin hari, fisiknya juga masih cantik sempurna, tidak ada tanda-tanda kerusakan, masih segar dan tak tercium bau busuk, padahal jasad St Bernadette Soubirous sudah lama dimakamkan sejak 16 April 1879. Bermula pada pengajuan permohonan Beatifikasi untuk Bernadette Soubirous di tahun 1909 itu. Beatifikasi beatus adalah suatu pengakuan atau pernyataan dari Gereja Katolik untuk orang yang telah meninggal bahwa orang tersebut dalam golongan orang yang berbahagia/orang suci. Tidak sembarangan orang bisa mendapatkan Betafikasi ini, hanya orang selama hidupnya telah membuktikan bekerja sangat keras untuk kebaikan atau memiliki keistimewaan secara spiritual seperti melakukan mukjizat. Uskup Gauthey dari Nevers bersama perwakilan dari Gereja lah yang melakukan identifikasi jenazah Bernadette Soubirous. Dihadapan Walikota, para Imam, Dokter ahli bedah, biarawati dan peserta lain, makam yang berada di dalam Kapel Biara itu kemudian dibongkar, digali dan jenazah berhasil diangkat keluar dari dalam tanah. Betapa terkejutnya semua yang hadir menyaksikan jenazah Santa Bernadette Soubirous itu masih tetap utuh dan segar, sama persis keadaannya ketika ia baru meninggal dunia. Tubuhnya yang mungil itu terbalut rapat dalam jubah ordo biarawati di mana Bernadette Soubirous tinggal. Jubahnya tampak lembab dan hanya wajahnya yang cantik beserta kedua tangannya yang menggenggam kalung Rosario yang terlihat.
Tubuhnyamasih utuh hingga kini meskipun ia telah meninggal lebih dari seabad yang lalu. Pada tahun 1933 Bernadette diangkat sebagai santa oleh Paus Pius XI. Pestanya dirayakan pada tanggal 16 April. /QUOTE] nah , ini kisah penampakannya gan , [quote]"Aku tidak menjanjikan kamu kegembiraan di dunia ini, tetapi di dunia yang akan datang."
Haïti préparait jeudi les obsèques sous haute sécurité du président Jovenel Moïse, 15 jours après son assassinat qui a encore davantage plongé dans l'incertitude le pays et fait resurgir des tensions historiques au sein de la chef de l'État, abattu à l'âge de 53 ans par un commando armé, sera inhumé vendredi à Cap-Haïtien, la métropole septentrionale de sa région natale. La deuxième ville d'Haïti s'est réveillée jeudi dans le calme. Mais, la veille, des heurts ont éclaté en raison de la présence sur place du directeur général de la police nationale, Léon Charles. Le chef policier a été chahuté alors qu'il inspectait les dispositifs de sécurité installés pour les obsèques. Il n'a pas pris part jeudi matin à une messe de requiem célébrée en la cathédrale, les cérémonies d'hommage se déroulant sur plusieurs jours. Des habitants locaux lui reprochent d'avoir échoué à protéger le président Moïse, l'enfant du pays, dont l'assassinat a été perpétré en pleine nuit, avec une apparente passivité des agents censés surveiller son domicile. Haïti est gangréné par l'insécurité et la loi des gangs, un fléau qui a empiré sous le mandat de M. Moïse. Le directeur général de la police nationale, Léon Charles, arrivant aux services commémoratifs officiels du président Moïse, à Port-au-Prince, Reuters / RICARDO ARDUENGOLa police d'Haïti a diffusé des photos de Léon Charles en train de visiter l'esplanade où se dérouleront les funérailles nationales, en bordure de laquelle une vaste estrade couverte était en voie de construction. De vieilles rancœurs réapparaissentLa mort de Jovenel Moïse a fait resurgir les tensions historiques entre le Nord d'Haïti et l'Ouest, où se trouve la capitale, Port-au-Prince. Et notamment l'ancien antagonisme entre les deux composantes de la population haïtienne, les Noirs descendants d'esclaves plus au nord et les métis qu'on appelait mulâtres plus au sud et à l'ouest. Les habitants du Nord rappellent que Jovenel Moïse est le cinquième chef d'État originaire du Nord à avoir été tué dans l'Ouest, après Jean-Jacques Dessalines, Cincinnatus Leconte, Vilbrun Guillaume Sam, et Sylvain Salnave. Certains accusent les Haïtiens de l'Ouest d'avoir perpétré ces assassinats. C'est le cinquième président originaire du Nord à être assassiné. Cela dit beaucoup pour les gens du Nord. Ce n'est pas un hasard. Pour moi, l'assassinat du président est l'assassinat d'Haïti, de tous les nègres comme moi, de tous les fils de paysans, de tous les oubliés. C'est une lutte de classes, a estimé la maire de Cap-Haïtien, Yvrose Pierre. Des riverains ont ainsi érigé des barricades sur les routes nationales qui mènent au Cap-Haïtien afin, disent-ils, d'empêcher les gens de Port-au-Prince de venir assister aux funérailles. Jovenel Moïse est un fils du Cap-Haïtien, du grand Nord qui a été assassiné, a également déclaré Mme Pierre. Nous allons faire tout ce qui dépend de nous pour lui rendre un hommage bien mérité, à la hauteur de son importance pour notre ville, a-t-elle ajouté, alors qu'une messe devait être chantée ce jeudi dans la cathédrale Notre-Dame de l'Assomption. Jovenel Moïse photographié en décembre 2017. Photo Reuters / Ludovic MarinPour que justice lui soit rendueCarine, une croyante rencontrée près de l'église, confiait souhaiter que justice soit rendue au président Son assassinat m'attriste beaucoup. Je prie pour son âme. Je prie pour que justice lui soit rendue. Après son assassinat, on comprend mieux son importance. On comprend ses projets pour les masses défavorisées. » Une marche était prévue après la messe. À Port-au-Prince, plusieurs cérémonies d'hommage distinctes ont aussi été organisées cette semaine à la mémoire du président assassiné. L'une d'entre elles s'est déroulée en présence d'Ariel Henry, le nouveau premier ministre qui a pris ses fonctions mardi, promettant de rétablir l'ordre afin d'organiser des élections exigées par la population et la communauté internationale. Le ministre canadien des Affaires étrangères, Marc Garneau, a d'ailleurs félicité jeudi le premier ministre Henry pour la formation d’un nouveau gouvernement en Haïti. Il l'a également encouragé à maintenir un dialogue ouvert avec le peuple haïtien, appelant du même souffle l'ensemble des parties prenantes à s’investir pour rétablir le fonctionnement des institutions de l’État et garantir la tenue d’une élection d’ici la fin de l’année. La France réitère l'importance que les élections législatives et présidentielles fiables puissent se tenir dès que les conditions seront réunies, a déclaré jeudi la porte-parole du ministère français des Affaires étrangères. Une importance également réaffirmée jeudi par les États-Unis, qui ont nommé jeudi le diplomate Daniel Foote comme émissaire pour Haïti, chargé de faciliter la paix et la stabilité et la tenue d'élections libres et justes. M. Henry a promis de traduire en justice les assassins de Jovenel Moïse. La police haïtienne a pour l'instant procédé à l'arrestation d'une vingtaine de mercenaires colombiens et affirme avoir mis au jour un complot organisé par un groupe d'Haïtiens ayant des liens avec l'étranger, mais de nombreuses zones d'ombre demeurent. À lire aussi Le commanditaire de l’assassinat de Jovenel Moïse serait haïtien, selon la ColombieL'épouse du président assassiné de retour en Haïti pour les funéraillesHaïti et la COVID-19, absence de catastrophe annoncée
SantoAmbrosius (bahasa Latin: Sanctus Ambrosius, bahasa Inggris Saint Ambrose, bahasa Italia: Sant'Ambrogio; hidup sekitar 340 - 4 April 397), uskup Milan, salah satu uskup terpenting pada abad ke-4. Bersama-sama dengan Augustinus Hippo, Hieronimus, dan Gregorius I, ia dianggap sebagai empat doktor Gereja Barat dalam Sejarah Gereja kuno.
Télécharger Quel est le point de vue des Témoins de Jéhovah sur les funérailles ? Nos croyances et nos pratiques relatives aux funérailles sont fondées sur les enseignements de la Bible. En voici quelques-uns Il est normal de pleurer un être cher. Les disciples de Jésus ont pleuré la mort de leurs proches Jean 1133-35, 38 ; Actes 82 ; 939. Par conséquent, nous ne considérons pas les funérailles comme une occasion de faire la fête Ecclésiaste 31, 4 ; 71-4. Les funérailles sont plutôt une occasion de montrer de l’empathie Romains 1215. Les morts ne sont pas conscients. Quelles que soient nos origines ou notre culture, nous rejetons les coutumes ou les pratiques fondées sur la croyance non biblique que les morts sont conscients et peuvent avoir une influence sur les vivants Ecclésiaste 95, 6, 10. Cela comprend les coutumes comme les veillées mortuaires, les funérailles célébrées en grande pompe, les anniversaires de décès, les sacrifices aux morts, le fait de communiquer avec les morts ou de leur adresser des requêtes, et les rites de veuvage. Nous rejetons toutes ces coutumes et ces pratiques par obéissance au commandement biblique suivant Séparez-​vous, [...] et ne touchez plus la chose impure » 2 Corinthiens 617. Il y a un espoir pour les morts. La Bible enseigne qu’il y aura une résurrection et que le temps viendra où la mort n’existera plus Actes 2415 ; Révélation 214. Comme pour les premiers chrétiens, cette espérance nous aide à rejeter les pratiques funéraires démesurées 1 Thessaloniciens 413. La Bible recommande la modestie Proverbes 112. Nous ne profitons pas des funérailles pour faire l’orgueilleux étalage » d’une situation financière ou d’un statut social 1 Jean 216. Nous n’organisons pas de funérailles en grande pompe dans le but premier de divertir ou d’afficher des cercueils hors de prix et des habits somptueux qui impressionnent les observateurs. Nous n’essayons pas d’imposer nos croyances aux autres. À ce sujet, nous suivons le principe suivant Chacun de nous rendra compte à Dieu pour soi-​même » Romains 1412. Néanmoins, si nous en avons l’opportunité, nous essayons d’expliquer nos croyances avec douceur et profond respect » 1 Pierre 315. Comment se déroulent les funérailles d’un Témoin de Jéhovah ? Lieu Si une famille le souhaite, des funérailles peuvent être tenues à l’endroit de son choix, comme une Salle du Royaume, un funérarium, un domicile, un crématorium ou un cimetière. Cérémonie funèbre Un discours est prononcé pour réconforter les endeuillés en expliquant ce que la Bible dit au sujet de la mort et de l’espérance de la résurrection Jean 1125 ; Romains 512 ; 2 Pierre 313. Le discours peut rappeler les belles qualités de la personne décédée et mettre en avant des leçons encourageantes tirées de la vie de cette personne fidèle 2 Samuel 117-27. Un cantique basé sur les Écritures peut être chanté Colossiens 316. Une prière réconfortante conclut la cérémonie Philippiens 46, 7. Frais ou quêtes Aucun de nos services religieux n’est payant et cela est aussi valable pour les funérailles. Il n’y a pas non plus de quêtes lors de nos offices Matthieu 108. Assistance Les non-Témoins qui veulent assister aux funérailles tenues dans une Salle du Royaume, sont les bienvenus. Comme nos autres offices, les cérémonies funèbres sont ouvertes au public. Les Témoins assistent-​ils aux funérailles organisées par d’autres religions ? Il revient à chaque Témoin de décider personnellement de ce qu’il fera en se laissant guider par sa conscience éduquée par la Bible 1 Timothée 119. Mais nous ne participerons à aucune cérémonie religieuse qui nous semble être en contradiction avec ce que dit la Bible 2 Corinthiens 614-17.
Beritadan foto terbaru Jenazah Ustadz Utuh Saat Dibongkar - SUBHAANALLAH, 17 Tahun Terkubur, Jenazah Guru Ngaji Ditemukan Masih Utuh, Baunya Harum Senin, 17 Januari 2022 Cari
Kisah jenazah Penghafal Alqur’an tetap utuh setelah dikubur berpuluh puluh tahun. Semua manusia awalnya berasal dari unsur tanah dan kelak juga akan kembali menjadi tanah. Dalam islam setiap jiwa yang telah mati wajib untuk dimandikan, dikafani, disolati dan dikuburkan. Luang kubur nantinya akan menjadi rumah abadi manusia hingga datangnya hari kiamat. Orang yang telah meninggal, akan berada di alam barzah hingga datangnya hari akhir. Dulu yang selama hidup tinggal dirumah mewah dan megah, Akan berubah seketika menjadi luangan sempit seteleha mati. Tubuh manusia yang dulu cantik dan tampan akan membusuk bagai bangkai lalu mengurai menjadi tanah. Namun, Adakalanya Allah SWT menjadikan tubuh jenazah manusia tetap awet dan utuh. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh amalan perbuatan manusia selama hidup. Banyak sekali kisah-kisah tentang jenazah yang jasadnya masih utuh meski telah lama di kubur. Seperti contoh para Nabi, Para wali, Para ulama, Penghafal Alqur’an dan Orang-orang sholih lainya. Di Indonesia sendiri, ternyata banyak sekali kisah jenazah orang-orang sholih yang jasadnya tetap utuh tanpa diawetkan. Berikut kisah selengkapnya sebagaimana dilansir dari situs NU Online KISAH JENAZAH HAFIDZ AL-QUR’AN UTUH Perkenalkan, wanita ini bernama Ibu Supaedah. Dalam keseharianya, ia bekerja sebagai seorang bidan disalah satu klinik. Ia asalnya berasal dari daerah Cirebon jawa barat dan berasal dari keluarga Ahli Alqur’an. Jadi meskipun ibu supaedah adalah seorang bidan, tapi ia adalah anak dari seorang penghafal al-Qur’an. Suatu hari ada seorang pria bernama kang toto membawa anaknya berobat ke klinik ibu supaedah, ia adalah seorang ustadz yang kala itu menjabat sebagai ketua LDNU Subang. Disela-sela waktu berobat, Ibu supaedah dan kang toto terjadi perbincangan yang serius. Ibu supaedah berkata “Pak ustadz, kira-kira kemana ya kalau mau mondokin anak..?” ibu supaedah ingin sekali memondokkan anak-anaknya ke pesantren Tahfidz al-qur’an di daerah Cirebon. Beliau memilih daerah Cirebon supaya anak-anaknya bisa lebih dekat dengan keluarga besarnya. Sang ustadz yang disapa kang toto itu lantas merekomendasikan beberapa pesantren tahfid alqur’an di daerah Cirebon jawa barat. Namun ada hal yang menjadi sebuah pertanyaan dalam diri sang ustadz, yaitu kenapa bu bidan ingin anak-anaknya mondok dan menghafal alqur’an. Biasanya orang tua akan menginginkan anaknya untuk mengikuti jejak karir mereka, seperti halnya jikalau orang tua bidan maka anak-anaknya akan diarahkan masuk sekolah kesehatan. La ibu satu ini kok malah memilih memasukkan putra-putrinya ke pondok pesantren untuk menghafal alqur’an. Sang ustadz lantas termenung, beliau lantas menanyakan alasan bu supaedah hendak memasukkan anaknya ke pesantren. Ibu supaedah lantas bercerita kepada sang ustadz tentang kisah nyata yang pernah dialami keluarganya. Pada suatu hari, Makam ayah ibu supaedah dilakukan pembongkaran sebab adanya alasan tertentu. Makam itu diketahui telah berusia 32 tahun, karena almarhum memang sudah lama wafat. Kemudian penggalian kubur dilaksanakan dengan di saksikan pula oleh seluruh keluarga besar. Tanah kubur lantas berlahan mulai digali. Namun ketika makam itu telah berhasil digali, alangkan terkejutnya orang-orang saat melihat ada sebuah jenazah yang masih utuh jasadnya. Jasad itu benar-benar masih utuh sempurna tanpa adanya bagian yang rusak dan hancur. Subhanallah, peristiwa ini bernar-benar membuat orang yang melihatnya terkagum-kagum. Termasuk salah satunya anak ibu supaedah, ia lantas bertanya kepada sang ibu “Bu, kenapa jasad kakek tak hancur..? Lakok masih utuh? Kan kakek telah wafat puluhan tahun yang lalu..?”. Ibu supaedah tak kuasa menahan tangis air mata. Bagaimana tidak, sang ayah yang telah membesarkanya ternyata telah mendapat derajat mulia disisi Allah SWT hingga jasadnya masih utuh meski telah lama dimakamkan. Ibu Supaedah lantas menjawab pertanyaan sang anak dengan cucuran air mata. Ia lantas menjelaskan siapa sosok sebenarnya sang kakek kepada anak-anaknya. Ibu supaedah menjelaskan jikalau sang kakek adalah seorang ahli al-qur’an dan penghafal alqur’an, hal inilah yang menyebabkan jasad sang kakek utuh dan tidak hancur. Saat itulah hati anak-anak bu supaedah tergerak ingin menjadi para penghafal al-qur’an. Mereka ingin bisa seperti kakekknya kelak, Alhasil anak-anak bu supaedah akhirnya memilih mondok di pesantren tahfidz al-qur’an. Subhanallah…. Sumber Dilansir dari NU OnlineBaca Juga Kisah Anak Yang Menolong Orang Tuanya Di Alam Kubur Dengan Bacaan Al-Qur'an
Iamengatakan yang bersangkutan sempat mengeluh muntah dan perut terasa panas, serta lemas, pada 26 Juni 2018. Ia mengatakan yang bersangkutan sempat mengeluh muntah dan perut terasa panas, serta lemas, pada 26 Juni 2018. Kamis, 14 Oktober 2021; Cari. Network. Tribunnews.com; TribunnewsWiki.com; TribunStyle.com;
Di Ruteng, jasad Suster Yulia Ndama OSU yang dimakamkan 19 tahun juga ditemukan masih utuh. sosial dan portal berita internasional baru-baru ini ramai memberitakan mengenai jasad seorang pendiri biarawati di Missuori yang masih utuh. Suster Wilhemina OSB adalah suster Benediktin yang bertugas di Keuskupan Missuori Amerika Serikat. Dia meninggal pada 2019 lalu. Awalnya pihak biara ingin memindahkan makam Suster Wilhemina. Namun, ternyata pihak biara mendapatkan kondisi jenazah yang masih utuh. Saat pemakaman pada 2019, Suster Wilhemina sama sekali tidak dilakukan pengawetan jenazah. Meski demikian, ketika diangkat kondisi jenazah Suster Wilhemina masih utuh. Pihak biara sama sekali tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini. Mereka berpikir akan menemukan bagian tulang belulang saja. Pihak biara Benediktin mengatakan, pihaknya tidak pernah menyebarluaskan kondisi jenazah Suster Wilhemina “Kami tidak punya rencana untuk menyebarluaskan temuan ini. Namun kabar ini tersiar seperti api di hutan. Tuhan bekerja dengan cara misterius,” ujar pihak Biara Benediktin. Pihak Keuskupan Kansas di Amerika Serikat memberi pernyataan atas temuan ini. Mereka masih melakukan penelitian atas temuan menakjubkan ini. “Kondisi jenazah Suster Wilhemina memang menimbulkan antusiasme dari masyarakat luas. Namun perlu dipahami, bahwa kami masih melakukan penelitian. Uskup Johnston mengundang saudara sekalian untuk berdoa, selama masa penyelidikan ini,” tulis pernyataan itu. Saat berita ini menjadi viral dan ramai diperbincangkan, masyarakat berbondong bondong untuk ke Missuori. Para pengunjung diperkenankan untuk memegang jenazah Suster Wilhemina, sambil berdoa di depan jenazah. Saat ini Suster Wilhemina sedang diteliti kondisi jenazahnya, dan dipertimbangkan untuk diberikan gelar Santo Santa. Namun karena baru empat tahun meninggal, maka Suster Wilhemina belum bisa mendapatkan gelar Santo atau Santa. Dalam agama Katolik, orang-orang yang jenazahnya masih utuh menjadi simbol suci bagi umat Katolik. Nantinya, dia bisa diberi gelar suci, atau dikenal dengan Santo atau Santa. Peti jenasah tempat Sr. Yulia terbaring setelah wafatnya pada 14 Agustus 2004, seteLah menghembuskan nafas terakhir di RSU Ruteng. Ia wafat pada usia 60 tahun dan dikenal sebagai seorang biarawati yang murah senyum, baik hati dan disiplin dalam hidupnya. Foto Jimmy Carvallo Jenazah Suster di Ruteng Temuan jenazah Suster juga terjadi di Ruteng, Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Jenazah Suster Yulia Ndama OSU yang dimakamkam 19 tahun lalu ditemukan masih utuh. Hal itu terjadi ketika dilakukan pemindahan makam atau tradisi Teing Hang oleh pihak keluarga. Pihak keluarga menyatakan, saat ingin dipindahkan ada peti untuk memindahkan tulang belulang. Namun saat ingin dipindahkan, hal yang tidak terduga terjadi. Keluarga menemukan peti jenazah utuh. Tak hanya itu, pakaian biarawati berwarna putih dan tudung yang dikenakannya juga masih utuh. Setangkai bunga mawar hidup yang dahulu disematkan di sisi dada kiri baju biarawatinya, nampak sudah kering tapi masih ada. Kelopak bunga dan daun masih terlihat. Foto Sr. Juliana Timung Ndama, OSU, atau yang dikenal dengan nama biara sebagai Sr. Yulia Ndama. Ia mengabdi sebagai biarawati di Ordo Santa Ursula Ursulin dan wafat pada 14 Agustus 2004. Setelah 19 tahun dimakamkan, jenasahnya masih utuh, saat digali kembali di pemakaman Kampung Lawir di Ruteng, Manggarai. Foto Selama masih hidup, Suster Yulia mengabdikan hidupnya untuk membiara. Ia bertugas di wilayah Jakarta, dan juga di wilayah Bandung. Suster Yulia pernah menjadi Kepala Sekolah di Sekolah Ursulin. Dia juga pernah mengurus para lansia yang ada di panti. Tidak hanya mengabdikan hidupnya untuk pelayanan, Suster Yulia juga suka berdoa rosario. Saat sedang berada dalam Komunitas Ursulin, Suter Yulia seringkali memegang rosario miliknya sebelum meninggal. Suster Yulia memberi teladan, di mana ia baik hati kepada semua orang dan juga ramah kepada orang. Dalam pelayanan saat hidup dia tidak membedakan orang lain, dan cenderung berbagi senyum kepada semuanya. Teladan Hidup Suster Wilhemina dan Suster Yulia memberi teladan baik, di mana mereka sudah mengabdikan hidup kepada Tuhan dan berbuat baik kepada sesamanya. Suster Yulia dan Suster Wilhemina juga dikenang banyak orang, meski raganya sudah tidak ada lagi di dunia. Suster Yulia dan Suster Wilhemina mempercayakan hidup mereka kepada sampai Tuhan akhirnya memanggil mereka Semoga ini bisa menjadi teladan bagi kita, terutama anak anak muda, agar tidak terpaku dengan hal duniawi. Kita bisa menyisakan waktu kepada Tuhan, agar hidup kita bisa mendapatkan ketenangan dan juga mendapatkan kedamaian dalam hidup. Kontributor Helena Brilianty, suka nulis suka fotografi adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia. JJiN0. 345 356 130 39 112 132 458 340 459

jenazah santo santa yang masih utuh